Rabu, 11 Desember 2013

COSO(Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission)



Coso merupakan kepanjangan dari Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. Merupakan suatu bentuk internal control, yang dibuat oleh pihak swasta pada tahun 1985 yang bertujuan untuk menangani masalah-masalah penyelewengan dana yang sering terjadi di Amerika pada tahun 1970’an.
Dalam pengembanganya, COSO disponsori dan didanai oleh 5 asosiasi dan lembaga akuntansi profesional, antara lain : The Institute of Management Accountant (IMA), American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), Financial Excecutives Institute (FEI), The Institute of Internal Auditor (IIA) dan American Accounting Association (AAA).
Menurut coso framework. Ada 5 komponen penting yang harus dimiliki oleh sebuah internal control yang baik.
            1.Lingkungan pengendalian
            2.Penilaian Resiko
            3.Kegiatan pengendalian
            4.Informasi dan Komunikasi
            5. Pemantauan pengendalian internal
Kelima hal itulah yang harus ada di dalam sebuah internal control yang baik. Berikut penjelasan mengenai kelima hal tersebut :
1.      Lingkungan pengendalian
Yakni lingkungan perusahaan yang akan mempengaruhi ektivitas pengendalian. Kondisi lingkungan kerja dipengaruhi oleh beberapa hal seperti penegakan integritas dan etika seluruh angota organisasi, komitmen pimpinan manajemen, kepemimpinan yang baik, stuktur organisasi yang dsesuiakan dengan kebutuhan, pendelegasian dan wewenang yang tepat, dan lain sebagainya.
            Dalam lingkup organisasi pemerintahan lingkungan pengendaliannya terkait dengan integeritas, etika, komitmen pegawai, kepemimpinan managemen dan pengendalian internal yang dilakukan. Namun yang paling diharapkan pegawai memiliki integeritas dan etika yang tinggi karena penyebab terjadi banyak kecurangan adalah factor tersebut. Oleh karena itu semua harus diituangkan di dalam peraturan yang jelas dan mengikat dan mempunyai sanksi yang jelas.

2.      Penilaian resiko
Resiko merupakan sesuatu yang menghambat penyampaian tujuan. Identifikasi terhadap resiko amatlan penting untuk mengetahui hambatan dam pencapaian tujuan. Setelah diidentifikasi selanjutnya resiko dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan adanya anlisisi resiko kita dapat mengetahui dampak dari suatu kejadian dan tau bagaimana mengelola risiko tersebut.

3.      Kegiatan pengendalian
Yaitu tindakan yang diperlukan untuk mengatasi resiko, menetapkan dan memutuskan kebijakan serta prosedur dan memastikan bahwa tindakan yang telah dilakukan sudah benar dan efektif. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi resiko ada dua: tindakan preventif (tindakan yang dilakukan sebelum resiko berlangsung) dan tindakan mitigasi (tindakan yang dilakukan saat resiko sedang berlangsung). Umumnya perusahaan akan melakukan tindakan preventif karena mencegah pengeluaran biaya tindakan mitigasi.

4.      Informasi dan komunikasi
Informasi merupakan data yang sudah diolah dan sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Infomasi yang baik harus dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang terkait. Penyampaian informasi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya salah pemahaman. Sehingga dalam instansi pemerintah maupun swasta biasanya dibuat unit khusus yang melayani informasi. Unsure pengendalian terhadap informasi dan komunikasi harus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

5.      Pemantauan pengendalian internal
Yaitu tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan mangemen dan pegawai lain yang ditunjuk dan bertanggung jawab sebagai penilai terhadap kualitas dan efektivitas system pengendalian internal. Pemantauan dibagi menjadi 3: pemantauan berkelanjutan, pemantauan terpisah dan tindak lanjut atas temuan audit. Peranan pemantauan dalm pengendalian internal sangat penting karena setiap komponen pengendalian internal akan mendapatkan pengawasan.

Rabu, 04 Desember 2013

Teknik Sistem dan Dokumentasi Sistem

Teknik Sistem  Alat yang digunakan dalam menganalisis dan mendokumentasikan sistem dan subsistem yang berkaitan.

Audit
Suatu kegiatan pengujian yang dilakukan untuk memastikan bahwa mekanisme kontrol organisasi berfungsi dengan baik dan benar dan untuk memastikan bahwa tidak diperlukan pengawasan (kontrol) tambahan.

Penggunaan teknik-teknik sistem dalam Auditing :
1.      Evaluasi Struktur Pengendalian Intern : Berupa kebijakan dan prosedur yang dibuat sebagai  jaminan bahwa tujuan perusahaan akan tercapai. Struktur Pengendalian Intern terdiri dari tiga elemen, * Pengawasan Lingkungan, * Sistem Akuntansi, * Pengawasan Prosedur. Teknik yang digunakan antara lain adalah Flowchart analisis, flowchart dokumen, bagan distribusi formulir, kuesioner dan metode matriks.
2.      Pengujian Ketaatan : Untuk dapat melakukan uji ketaatan maka auditor harus memahami teknologi yang digunakan oleh suatu sistem informasi.
Untuk dapat memahami sistem informasi tersebut harus diketahui teknik-teknik sistem yang umum digunakan untuk mendokumentasikan suatu sistem informasi.
Teknik yang biasa digunakan adalah, IPO-HIPO, flowchart program, DFD, pencabangan dan tabel keputusan.
3.      Kertas Kerja  :  teknik sistem digunakan untuk mendokumentasikan dan menganalisis isi kertas kerja

Teknik-Teknik Sistem

Bagan Arus (FlowChart)
Merupakan alat yang digunakan untuk :        
a.       dokumentasi sistem yang sudah ada.
b.      Mendesain sistem baru
c.       Memberi petunjuk bagi programer yang akan membuat dan memperbaharui program komputer.

Bagan arus terdiri dari dua macam yaitu :
1.      Dokumen flowchart
2.      Sistem / proses flowchart

Bagan Arus Dokumen

Bagan yang digunakan untuk menganalisa distribusi dokumen (kadang sumber daya fisik lain) diantara unit organisasi dalam suatu sistem (document oriented).

Langkah-langkah dalam penyusunan Dokumen Flowchart
a.       Mengidentifikasi departemen-departemen yang ikut ambil bagian dalam suatu sistem.
b.      Mengidentifikasi dokumen sumber yang akan digunakan.
c.       Menggambarkan bagaimana dokumen-dokumen di buat, diproses dan digunakan.
d.      Menambahkan catatan yang akan memberikan keterangan mengenai suatu simbol atau kegiatan.

Bagan Arus Sistem

Bagan yang menyediakan gambaran yang lebih lengkap mengenai langkah-langkah proses dalam suatu sistem (Process oriented).

Sistem flowchart terdiri dari dari beberapa tingkatan  :
-          High-level System Flowchart, sistem flowchart yang penggambarannya sangat umum dan memberikan gambaran sekilas mengenai sistem.
-          Intermediate-level System Flowchart, penggambarannya suatu proses yang lebih detail
-          Low-level System Flowchart, menggambarkan secara khusus aplikasi-aplikasi atau kegiatan-kegiatan dari suatu proses.

Bagan Arus Program

Bagan yang mengambarkan rangkaian atau urutan dari operasi logis yang dikerjakan  komputer dalam menjalankan suatu program.

Meskipun tidak ada aturan khusus mengenai pembuatan flowchart, tapi terdapat beberapa panduan yang dapat diikuti dalam pembuatan flowchart,
1.      Simbol dari proses harus selalu diletakkan diantara simbol input dan simbol output.
2.      Pembuatan flowchart harus dimulai dari pojok kiri atas.
3.      Selalu menggunakan simbol yang tepat tergantung dari jenis flowchartnya.
4.      Hindari kekusutan dan kekacauan dengan menghindari garis yang berpotongan, apabila harus ada, dapat digunakan simbol koneksi.
5.      Harus ada keterangan / deskripsi untuk memberikan kejelasan.

Data Flow Diagram (DFD)
Suatu bagan yang memberikan gambaran mengenai arus data dalam suatu sistem atau organisasi. Digunakan terutama sebagai alat untuk mengevaluasi sistem yang sudah ada dan perencanaan pembuatan sistem baru. (lebih bersifat penggambaran secara logis dari suatu sistem).

Elemen dalam suatu DFD :
a.       Proses transformasi, digambarkan berbentuk lingkaran.
b.      Arus data, digambarkan berupa anak panah yang masuk atau keluar dari suatu proses transformasi.
c.       Penyimpanan data, digambarkan berupa kotak persegi panjang tanpa tutup di sebelah kanannya.
d.      Data sumber dan data tujuan, digambarkan berupa kotak empat persegi panjang.

Diagram Aliran Data (DFD) berbeda dari Bagan Arus (Flowchart) dalam beberapa hal. Meskipun masin-masing menggunakan simbol untuk menyatakan proses, namun DFD tidak menunjukkan urutan proses. Jadi DFD mungkin menunjukkan beberapa proses yang beroperasi secara paralel.


Bagan IPO dan HIPO


  • Bagan IPO adalah Bagan yang menggambarkan suatu sistem dalam skala umum (tidak rinci) sehingga   dapat  digunakan  untuk  melihat  / menganalis suatu  sistem secara utuh.
  • Bagan HIPO  adalah Bagan yang mewakili sistem dengan bertambahnya tingkatan rincian. (Tingkat rincian tergantung dari kebutuhan pemakai).

Sabtu, 30 November 2013

Rangkuman Buku Daniela Mancini,Eddy H. J. Vaassen. Chapter 13,hal 221-232.

 
Hirarkis dan Relational database
Sistem Akuntansi : Aspek Kritis dan Trade- offs

Carlo Caserio , Luciano Marchi dan Gabriele Pulcini

Abstrak
Meskipun transisi dari hirarki database relasional ditandai
titik balik penting dalam pengembangan sistem akuntansi , konsep
hirarki belum sepenuhnya ditinggalkan . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyorot
aspek kritis dan trade- offs antara struktur hirarkis dan relasional
sistem akuntansi basis data.

1 Analisis Sastra
Pada akhir tahun 1970 , Codd  meletakkan prinsip-prinsip model relasional dan
satu set 12 aturan yang harus diikuti untuk mencapai sistem relasional .
Daftar itu kini telah dikurangi menjadi dua aturan utama , yang menyatakan bahwa sistem adalah relasional  jika  itu merupakan data dalam bentuk tabel dua dimensi seperti
tabel database dan  mendukung fungsi aljabar relasional membatasi , proyek ,
dan bergabung.

Dengan model relasional , masalah seperti ketergantungan memesan,
ketergantungan pengindeksan dan ketergantungan akses jalan diselesaikan
Perhatian dibayar oleh perusahaan untuk model relasional telah meningkat dari waktu ke waktu ,dan , sebagai akibatnya , banyak perusahaan telah pindah dari hirarki ke
model relasional.Selama empat puluh tahun terakhir , beberapa sistem database yang telah datang ke pasar ,menggunakan hirarkis , jaringan , relasional , dan model object-oriented XML data.
Perubahan tersebut adalah karena keuntungan sebagai berikut diakui dalam relasional
sistem database akuntansi :
• fleksibilitas yang lebih tinggi dan independensi data
• Bahasa berorientasi pengguna Data Definition Language ( DDL ) dan Data
  Manipulation Language ( DML )
• pemeliharaan yang relatif sederhana mereka dan kondisi penyimpanan fisik .
Keuntungan lain dari model relasional termasuk meminimalkan redundansi data,
mencegah anomali entri data dan memfasilitasi kedua memperbarui dan
Proses menghapus.

Namun, ada banyak kelemahan dengan sistem database akuntansi . pertama ,
semantik database relasional sering tersembunyi dalam set kompleks
hubungan dan semantik tersebut tidak dapat diekstraksi tanpa bantuan pengguna . juga ,
hubungan disimpan dalam database harus dalam bentuk normal , untuk mencegah
representasi dari beberapa atau set atribut.Bahkan , banyak penulis menyatakan bahwa potongan mungkin terkait bersama-sama dalam kerangka hirarkis dan bahwa potongan memungkinkan organisasi informasi dengan mengelompokkan item bersama-sama dalam cara yang berarti , baik secara hierarkis dan semantik .Karena koneksi antara data yang dibangun ke dalam struktur database , waktu akses yang lebih pendek , sehingga
 membuat sistem lebih cocok untuk database cukup stabil dan dengan penggunaan yang dapat
akan telah ditentukan tepatnya .

Selain itu , database berorientasi objek menawarkan solusi untuk beberapa relasional
database masalah . Karena database berorientasi objek didasarkan pada pengertian tentang
abstraksi dan generalisasi , mereka mampu menangkap semantik dan kompleksitas dari data akuntansi. Debreceny dan Bowen Setuju menyatakan bahwa ketika abstraksi hirarkis digunakan untuk mendefinisikan data akuntansi , representasi semantik yang lebih tinggi dari realitas dan waktu yang lebih rendah untuk merumuskan pertanyaan pada mereka diperoleh dalam bab penelitian ini , kami menganalisis trade-off yang timbul saat isu-isu berikut dikelola , baik terkait dengan logika hirarkis dan relasional :
• Skema encoding Data Akuntansi
• Pilih dan update query pada data akuntansi .

2 Trade- offs Akuntansi data Encoding Skema
Data biasanya tidak dimasukkan langsung ke dalam database , mereka terstruktur dalam
sebelumnya langkah berdasarkan skema encoding . Hal ini sangat penting untuk mendapatkan
Koneksi data yang benar , terutama dalam upaya untuk menggabungkan dua atau lebih yang ada
sistem akuntansi database .Salah satu kesalahan yang paling umum dan penting dalam skema encoding yang berlebihanambiguitas dan generalisasi. Oleh karena itu , semakin banyak kode yang ketat terstruktur menurut sebuah skema encoding , semakin besar efisiensi query dilakukan pada database dan rendah risiko mendapatkan hasil yang berbeda untuk serupa query .
Desain database yang baik harus mempertimbangkan kapasitas dan insentif staf yang mengontrol data , terutama pada tahap awal masuk . Oleh karena itu , untuk menghormati struktur coding , desain database awal yang dibutuhkan untuk menentukan paling benar dan representatif skema pengkodean data .Metode yang disebutkan di atas mengatur nilai atribut sedemikian rupa untuk
menetapkan nomor atau surat kepada masing-masing nilai . Umumnya , angka yang lebih disukai
bukan surat , karena mereka dapat ditingkatkan secara otomatis

Namun, kelemahan dari metode ini adalah kurangnya arti penting , karena nomor memiliki arti tambahan kecuali terstruktur dalam artikulasi yang telah ditetapkan .Selain itu , metode pencacahan cocok untuk daftar pendek dari nilai-nilai , tetapi tidak berguna untuk daftar panjang . Harus mengingat daftar panjang kode yang berat , terutama ketika ada prinsip memesan signifikan sedang diikuti dengan menggunakan metode ini , selektivitas jelas membaik , karena artikulasi dari satu set blok kode memungkinkan tingkat yang lebih tinggi dari abstraksi dan dengan demikian representasi
data lebih dekat dengan kenyataan. Semakin tinggi tingkat selektivitas ini disebabkan oleh kemungkinan collocating data dalam struktur awal didefinisikan dari data pertama entri seterusnya .
Dengan demikian , pengguna dipaksa untuk menghormati artikulasi itu , dan data
dispersi dihindari .Satu set varian juga dapat membantu dalam mengelola kesalahan entri data , karena nilai varian baru dapat diberikan ke rekor itu . Dengan menggunakan metode varian juga
meningkatkan hasil akurasi , karena meskipun varian baru ini berbeda dari sebelumnya , masih mengacu pada objek yang sama , sehingga dispersi yang dihindari . seperti dapat dilihat , di satu sisi , varian yang membantu untuk mengubah catatan , namun , pada sisi lain , mereka masih merupakan kendala .

3 Trade -Off di Query pada Data Akuntansi
Seperti yang diamati oleh beberapa sarjana , struktur hirarkis cocok untuk meningkatkan
proses seleksi informasi , terutama dalam konteks web , di mana kecil
sejumlah dokumen khusus yang diinginkan harus diambil dari besar
jumlah informasi .Gambar 1 menunjukkan contoh hipotesis tentang bagaimana mengelola klien , pemasok dan Master agent . disederhanakan skema yang diusulkan untuk mengelola data pribadi , dimulai dengan tingkat tertinggi dari hirarki yang menggambarkan seseorang generik .

Seperti meja dibagi menjadi dua '' subtables khusus , '' satu untuk klien dan satu
untuk pemasok . Setiap subtable otomatis mewarisi atribut induknya
Dalam rangka untuk memilih informasi dari tingkat anak dalam hirarki tersebut
akuntansi sistem database , pengguna hanya perlu menyertakan tabel spesialis dalam
query untuk memperoleh tingkat akurasi yang tinggi .Terlepas dari keuntungan yang disebutkan di atas , kelemahan utama yang terkait dengan sistem database akuntansi hirarkis terkait dengan update data. Seperti setiap meja mewarisi atribut dari orang tua terkait , ketika saatnya tiba untuk memperbarui atribut ,apa yang dibutuhkan adalah sebuah update query untuk setiap tabel yang berisi atribut yang

4 Mengelola Trade -Off Antara hirarkis
Dan Sistem Akuntansi Basis Data Relasional dengan pertimbangan di atas dalam pikiran , trade-off antara fleksibilitas dan selektivitas muncul untuk pilihan kedua skema encoding data akuntansi dan
seluruh struktur database .Agar tidak kehilangan keuntungan dari struktur hirarki dan , pada saat yang sama ,untuk mendukung peningkatan fleksibilitas sistem, solusi terbaik akan
integrasi dari hirarki dan sistem akuntansi database relasional .

Tugas pertama adalah untuk menentukan basis data akuntansi struktur yang paling
cocok , yang kedua adalah untuk menemukan skema encoding yang paling tepat untuk mengelola
data.Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan satu set varian , mampu memperpanjang kode perdana sebesar orang tua , melalui penggunaan blok kode berturut-turut beberapa mewakili
anak-anak . Dengan cara ini , ketika kode diperpanjang dimasukkan , secara bersamaan embeds semua karakteristik khas dari data

Dengan menggunakan teknik ini , elemen pertama dari kode tersebut , terkait dengan kategori , '' adalah diklasifikasikan sebagai 1 atau 2 , di mana 1 mengidentifikasi klien dan 2 kategori pemasok . itu kolom kedua dari tabel merupakan sub spesifikasi pertama , misalnya di mana '' '' ID_category adalah 1 ( atau 2 ) dan '' '' ID_sub_category adalah  1 , yang terakhir bisa mengidentifikasi klien tertentu ( atau pemasok ) kategori . Kolom ketiga mengacu auto tambahan kode yang memungkinkan diferensiasi kategori dan subkategori dan penghitungan elemen milik mereka .
5 Kesimpulan
Sejak model relasional diperkenalkan , telah terjadi pergeseran stabil dari hirarkis dengan model relasional . Pergeseran ini karena banyak keuntungan yang diakui dalam relational model misalnya , kemampuan untuk mengelola kelengkapan data melalui serangkaian tabel dan hubungan .
Konsep hirarki , bagaimanapun, bertahan berkat struktur , yang
memungkinkan representasi data yang lebih mendekati kenyataan.
Mayor trade- offs timbul dari dua fitur penting :
( a) skema encoding
dipilih untuk mengelola entri data dan penyimpanan , dan
( b ) struktur database
dilaksanakan untuk memperoleh keseimbangan terbaik antara hirarki dan relasional
keuntungan .
Bahkan , model hirarkis melibatkan tingkat yang lebih tinggi kekakuan tetapi
selektivitas yang lebih baik dari sistem, sedangkan model relasional melibatkan lebih tinggi
fleksibilitas tetapi selektivitas rendah dan kompleksitas
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempertimbangkan trade- off antara kedua
Model ( hirarkis dan relasional ) dan untuk menentukan sejauh mana hirarkis
struktur mungkin meningkatkan kualitas database relasional akuntansi
sistem .

Solusi pertama adalah berdasarkan skema Rangkaian , di mana jumlah dari
varian yang ditetapkan merupakan kunci utama dari catatan yang
Dengan solusi kedua yang diajukan dalam penelitian ini , semua varian dikelola
melalui kolom yang mengingatkan kunci utama dari catatan induk . Akibatnya,
sebuah model yang terintegrasi tersebut dapat mengelola hubungan orang tua-anak hirarki melalui model relasional .